Atas kunjungan para Menteri Luar
Negeri Melanesia Spearhead Group (MSG) di tanah Papua
Seluruh rakyat bangsa Papua Barat (baca: Provinsi Papua dan Papua
Barat), secara khusus penduduk asli Papua Barat yang ber-rumpun Melanesia, yang
jumlahnya diperikaran mencapai 1,7 juta jiwa telah lama menantikan kedatangan
para Menteri Luar Negeri MSG sejak berakhirnya Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT)
MSG yang telah diselenggarakan pada tanggal 18 – 21 Juni 2013 lalu di Noumea,
Kaledonia Baru.
Saat KTT MSG di Noumea, New Kaledonia, antusias rakyat bangsa
Papua Barat sangat besar, karena sangat-sangat yakin, aplikasi West Papua
National Coalition for Liberation (WPNCL) atas nama seluruh rakyat bangsa Papua
Barat – yang tersebar di tujuh (7) wilayah adat, dan tersebar dari Sorong
sampai Samarai – untuk keanggotaan MSG akan diterima secara penuh.
Namun sayang, hal itu tidak terjadi karena berbagai pertimbangan
yang diberikan oleh beberapa Negara, dan saat itu menyepakati untuk dalam kurun
waktu tiga hingga enam bulan pasca KTT MSG untuk mengirim Misi Menteri Luar
Negeri ke Indonesia dan Papua Barat untuk melihat dari dekat persoalan sebenarnya
yang sedang terjadi di tanah Papua.
Untuk diketahui, sudah belasan kali rakyat bangsa Papua Barat
melakukan aksi demonstrasi damai dalam rangka dukungan terhadap KTT MSG, juga
aksi lain berupa doa singkat agar Komunitas-Komunitas Negara Melanesia,
termasuk Negara Papua Barat tetap bersatu dan menjagai komitmen bersama yang
pernah dicita-citakan para founding fathers. Dibawah ini kami susun daftar
berbagai aksi demonstrasi yang dilakukan rakyat bangsa Papua Barat;
Diantaranya, pertama, pada tanggal 10 Juni 2013
(8 hari sebelum berlangsungnya KTT MSG), rakyat bangsa Papua Barat di tanah
Papua, diantaranya di Jayapura, Biak, Timika, dan Yahukimo telah melakukan aksi
demonstrasi damai, yang berjung pada penangkapan dan penembakan beberapa
mahasiswa asli Papua oleh militer Indonesia (http://knpbnews.com/?p=2142). Kedua,
pada tanggal 18 Juni 2013, ibadah syukuran yang berlangsung di Timika, untuk
mendukung KTT MSG yang sedang berlangsung (http://knpbnews.com/?p=2179),
dan beberapa tempat seperti di Jayapura, Biak, Dogiyai, Nabire, dan beberapa
tempat lainnya melakukan aksi demonstrasi damai mendukung aplikasi WPNCL untuk
diterima KTT MSG; Ketiga, tanggal 23 Juni 2013, rakyat Papua bangsa Papua Barat
kembali melakukan aksi demonstrasi damai setelah mendengar sikap forum MSG
terkait aplikasi WPNCL, aksi berlangsung di Jayapura, Manokwari, Nabire,
Timika, Yahukimo, dan beberapa tempat lainnya; Keempat, sejak tanggal 24
Juli 2013 tersebar berbagai pesan singkat atasu SMS terror terhadap aktivis
Papua dari militer Indonesia terkait larangan untuk aksi menyambut para Menlu MSG
yang saat itu dikabarkan akan datang ke Papua di akhir Juli 2013 (http://knpbnews.com/?p=2329); Kelima,
tanggal 15 Agustus 2013 digelar parade budaya Papua, sekaligus melakukan
demonstrasi damai penyambutan anggota MSG, berlangsung aksi di Manokwari,
Yahukimo, dan di pusatkan di Jayapura,
beberapa aktivis Papua ditangkap oleh militer Indonesia dalam aksi ini; Keenam,
16 Agustus 2013 diseluruh tanah Papua dilangsungkan demo damai mendukung
dibukanya kantor Free West Papua Campaign (FWPC) di Belanda, juga mendukung
kunjungan para Menlu MSG ke tanah Papua; Ketujuh, pada tanggal 16 September
2013 rakyat bangsa Papua Barat di Jayapura, Biak, Timika, Nabire, dan beberapa
kota di Jawa melakukan aksi demo damai dalam rangkah hari demokrasi
internasional, dan menyambut kedatangan MSG ke tanah Papua (http://knpbnews.com/?p=2686), ada
sekitar 53 orang aktivis Papua yang ditangkap, dipukul, disiksa, dan beberapa
sedang menjalani proses persidangan (http://knpbnews.com/?p=2670)
dan beberapa lagi mengalami cacat permanen; Kedelapan, pada tanggal
17 September 2013 berlangsung aksi penandatangan petisi di Kabupaten Merauke,
diantaranya meminta MSG segera mengunjungi tanah Papua agar dapat menerima
aplikasi WPNCL secepatnya; Kesembilan, 19 Oktober 2013
berlangsung aksi di berbagai kota di tanah Papua, diantaranya di Manokwari,
Jayapura, Nabire, Timika dan beberapa tempat, (http://knpbnews.com/?p=2759), mereka
juga menuntut MSG segera mengunjungi Papua untuk mendukung hak penentuan nasib
sendiri; Kesepuluh, pada tangga
25 November 2013 ada 8 aktivis Papua ditangkap di Kampus Universitas
Cenderawasih, Papua, karena membagi selebaran demo mendukung kampanye Papua
merdeka di port Moresby, juga mendukung kedatangan MSG ke tanah Papua; Kesebelas,
tanggal 28 November 2013 diberlangsungkan aksi di berbagai kota di Papua
terkait dukungan peluncuran kantor Organisasi Papua Merdeka di port Moresby,
juga perayaan hari kemerdekaan Papua tanggal 1 Desember 2013; dan masih banyak
lagi.
Jika kami menyusun daftar atau jumlah saat aksi demonstrasi massa
diberlangsungkan di tanah Papua, juga dengan korban-korban yang berjatuhan
akibat kekerasan militer Indonesia, maka tentu akan sangat banyak sekali; kami
juga tentu terus memanjatkan doa agar kesatuan dan persatuan MSG, juga rakyat
Bangsa Papua Barat tetap terjaga.
Melihat daftar aksi demonstrasi damai diatas, tentu rakyat bangsa
Papua Barat menaruh harapan yang sangat-sangat besar terhadap sesame “saudara”
sesame rumpun Melanesia. Rakyat bangsa Papua mengharapkan dukungan yang
kongkrit untuk hak penentuan nasib sendiri, minimal menerima keanggotan WPNCL
mewakili Papua Barat di MSG. Apalagi, belakangan kami dengan kalau beberapa
Negara anggota MSG terus membangun kerja sama dalam bidang ekonomi dan
pembangunan dengan pemerintah Indonesia, dan belakangan kami mendapatkan kabar,
kalau beberapa Negara mendapatkan suntikan dana yang cukup besar dari Negara
Indonesia, Negara yang telah jelas-jelas membunuh dan membantai sekitar 1 juta
penduduk asli Papua sejak mereka melakukan penjajah sejak tahun 1961?
Membina hubungan kerja sama, atau hubungan bilateral dengan
Indonesia tentu tak ada masalah, tapi bagaimana kalau kerja sama itu dibangun
hanya untuk “menjawab kepentingan” Negara yang telah jelas-jelas menjajah
rakyat bangsa Papua Barat, dan telah menguras Sumber Daya Alam (SDM) rakyat
bangsa Papua Barat, sembari terus melakukan pelanggaran hak asasi manusia? Ini
tentu pertanyaan reflektif untuk para Menlu yang akan berjalan dalam rombongan
ini. Dibawah ini beberapa pernyataan sikap yang akan kami berikan sebelum para
rombongan atau para Menlu melanjutkan perjalanan ke Papua, besok 13 Januari
2014 mendatang;
Adapun yang
menjadi pernyataan sikap kami adalah;
1. Rakyat
bangsa Papua Barat meminta kepada Negara-negara anggota MSG, yakni Vanuatu,
Papua New Guinea, Fiji, Kepulauan Salomon, dan Front de Libération Nationale
Kanak et Socialiste (FLKNS) untuk
dapat menerima aplikasi West Papua
National Coalition (WPNCL) atas nama rakyat bangsa Papua Barat yang pernah
diserahkan saat berlangsungnya KTT MSG, di Noumea, Kaledonia Baru, tangggal 18
– 21 Juni 2013 lalu, terkait keanggotaan Papua Barat di dalam MSG.
2. Rakyat
bangsa Papua Barat meminta Negara-negara anggota MSG untuk dapat menghentikan kerja
sama atau hubungan bilateral dengan Negara republic Indonesia selama Hak
Penentuan Nasib sendiri bagi rakyat Papua Barat belum tercapai, dan pelanggaran
hak asasi manusia masih berlangsung.
3. Rakyat
Bangsa Papua Barat mendukung sikap delegasi Vanuatu yang tak ikut dalam
rombongan ke Jakarta dan Papua, sebab undangan pemerintah Indonesia untuk saat
ini dikabarkan lebih bersifat menjalin hubungan, diantaranya kerja sama ekonomi
dan pembangunan dengan Indonesia; juga memberikan apresiasi atas komitmen
Negara Vanutu yang terus mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi bangsa
rakyat Papua Barat, sesame rumpun Melanesia, di tanah Papua Barat.
4.
Para menteri luar negeri MSG diharapkan
bertemu dengan masyarakat adat di tanah Papua, diantaranya tokoh agama, tokoh
adat, tokoh gereja, dan korban pelanggaran HAM pemerintah Indonesia di tanah
Papua; dan yang paling utama lagi,
bertemu dengan sekitar 70 tahanan politik Papua di berbagai penjara-penjara
Indonesia di tanah Papua;
5.
Rakyat
bangsa Papua Barat memohon kepada para menteri luar negeri MSG untuk menolak
dengan tegas joint statement yang ditawarkan pemerintah Indonesia, sebab dalam
joint statement tersebut terkesan membatasi hak rakyat Papua Barat yang
diwakili oleh WPNCL untuk menjadi anggota MSG
6. Para Menteri
luar negeri MSG harus menindaklanjuti keputusan dalam KTT MSG, diantaranya
meninjau situasi pelanggaran hak asasi manusia di tanah Papua, dan terus
mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua Barat, bukan terus
menjalin hubungan kerja sama ekonomi, dan kerja sama-kerja sama lainnya dengan
Indonesia yang berpeluang besar membangun komitmen dan kebersamaan sesame
rumpun Melanesia.
7. Rakyat
bangsa Papua Barat meminta negara-negara MSG untuk mendesak pemerintah
Indonesia untuk membebaskan para tahanan politik di tanah Papua, juga menghapus
status Daftar Pencarian Orang (DPO) untuk para aktivis Papua, diantaranya
terhadap Bucthar Tabuni dan Wim Medlama.
Demikian surat pernyataan sikap yang dibuat langsung oleh rakyat
bangsa Papua Barat yang sedang berada di wilayah pulau Jawa, dan Bali. Surat
ini diserahkan sebelum rombongan para Menteri Luar Negeri MSG yang ditemani
oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia melanjutkan perjalanan ke Jayapura,
Papua, untuk bertemu dengan Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Papua, dan juga tentunya bertemu dengan rakyat bangsa Papua Barat.
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda Seputar Artikel - Artikel Ini di Sini !